Manusia tidak mungkin lepas dari dosa,
karena setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan yang tidak dibenarkan
oleh Islam.
Konsekuensi atas hal tersebut adalah
seharusnya setiap manusia memohon ampunan kepada Allah Azza Wa Jalla atas dosa yang telah diperbuat. Namun, memang tidak
semua manusia sadar akan hal ini, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang maksum (terbebas dari dosa) saja
mencontohkan ber-istighfar (memohon
ampun) sehari seratus kali. Subhanallah..
Dari Aghar al Muzani Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Dan sesungguhnya aku sungguh-sungguh beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah dalam saatu hari sebanyak seratus kali." (HR. Muslim).
Terdapat beberapa amalan (ibadah) yang
dapat menjadi sebab diampuninya dosa manusia, diantaranya adalah melaksanakan
Puasa Ramadhan dan Sholat Tarawih.
Dalilnya adalah hadist dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan (karena) Allah semata-mata, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari).
Berdasarkan hadist tersebut diketahui
bahwa puasa ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu. Namun puasa tersebut
harus dilandasi keimanan dan iklhas hanya karena Allah semata, tidak tercampur
riya’.
Dalilnya adalah hadist dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, diriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa melaksanakan sholat (malam) pada bulan Ramadhan karena keimanan dan (karena) Allah semata (ihtisaban), maka diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari).
Imanan: meyakini keutamaannya.
Ihtisaban: yang dia kehendaki hanyalah
Allah semata, tidak bermaksud riya’ atau hal-hal lain yang merusak keikhlasan
dalam beribadah.
Muhyiddin Abu Zakariyya An-Nawawi
berkata:
“Yang dimaksud dengan melaksanakan shalat (malam) pada bulan Ramadhan adalah shalat tarawih.”
Referensi:
Fathin binti Abdul Aziz. 2003. 35 Sebab Diampuninya Dosa: Berdasarkan
Al-Quran dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Bandung: Hasyimi.
0 comments:
Post a Comment